Sabtu, 03 Maret 2012

Penantian lama

   
 
                                             prolog



   Kau tahu? Rasa nya kalau cinta tak terbalas? Pasti tahu rasa nya seperti apa. Rasa nya, pahit layak nya teh yang tak bersama gula manis nya. Itu mungkin hal yang paling utama, selain itu, ada hal lain yang rasa nya begitu tak bisa menyangkal, kalau masih tidak bisa melepas kan nya. Bisa di bilang, tidak bisa beranjak dari perasaan yang di mana kau masih menyayangi nya sampai sekarang.

   Walau, orang-orang di sekitar mu sudah mengatakan hal yang sudah kau dengar setiap kali ‘kapan kamu bisa Move On? Kamu masih bertahan dalam situasi seperti ini? Berkali-kali di sakitin dengan kabar nya yang berganti pasangan terus?’ Kata-kata itu tak bosan aku dengar, karena apa yang mereka tanya itu sama dengan hal nya yang aku pikirkan sekarang dan keesokan nya.

   Aneh memang, padahal masih banyak yang lebih baik dari nya, tapi tetap saja hal itu tak lepas dari pikiran ku, yang terus memantau semua yang dia lakukan. Tanpa bisa aku hentikan.

   Aku tahu, apa yang aku lakukan memang sangat lah bodoh. Pasti orang-orang bertanya ‘apa yang di lakukan nya sangat bodoh sekali.’ Ya, aku memang mengakui hal itu.

   Tapi, apa yang akan kau kata kan kalau selama penungguan mu sekarang dan seterus nya terbalas sekarang? Dan sekarang, ia di depan mu? Mengatakan hal yang kau nanti-nanti kan? Yang kau tunggu? Apa ini hanya kilasan belaka? Apa dia hanya bercanda? Apa ini hanya ledekan? Itu terus yang aku pikirkan di otak ku, yang tak bisa di lenyap kan begitu saja dari pikiran ku, otak ku sekarang.


                                                                  ----------------



   Seoul, South Korea.


   Perempuan itu sedang menjaga kasir café, perempuan itu melihat orang lalu lalang di depan, masuk dan keluar. Perempuan itu hanya duduk dan menerima uang yang di berikan pengunjung yang sudah selesai dengan santapan nya.

   Lena Onni melihat ku melamun, Apa yang kau lamun kan? Apa kau mau bercerita padaku? Kata-kata nya membuat lamunan Perempuan itu hilang aku sedang tak melamunkan apa-apa, mungkin hanya kecapekan saja kata perempuan itu sedikit berbohong. Ya udah, kamu istirahat saja dulu. Biar aku yang mengganti kan mu sementara, entar kalau sudah baikkan kamu boleh berkerja lagi kata nya lembut seperti perhatian ibu kepada anak nya. Ya onni, terima kasih kata perempuan lirih sambil menuju kursi yang di pojok sana dengan segelas cokelat panas yang aku buat sebelum duduk.

   Perempuan itu tinggal di Seoul bersama Lee Hyun Sang Oppa dan kakak ipar Lena. Oppa  membuka café bersama Lena Onni. Lena Onni bisa di bilang bukan orang Korea, dia bertemu Oppa  ku saat Lena berlibur di sini dan pada akhir nya menikah, mereka belum mempunyai anak. Padahal ayah dan ibu sangat menunggu kehadiran nya.

   Saat perempuan itu merasa merasa baikkan, perempuan itu memulai menjaga kasir lagi, tapi tidak menyangka kalau harus bertatap muka dengan nya. Ya, lelaki yang membuat diri perempuan itu tak bisa membuat membuka hati pada orang lain sampai sangat ini, yang membuat kedua orang tua perempuan itu selalu bertanya kapan kau menikah? Setiap kali yang di ucap kan mereka kalau sedang kumpul bersama.

   Pandangan itu akhir nya tertuju pada uang kertas yang di berikan lelaki itu. Lelaki itu memandang penuh benda yang sedari tadi ada di pergelangan tangan perempuan itu, perempuan itu menyadari hal itu, dan lelaki itu mulai membuka mulut nya apa kau satu kampus dengan ku? Aku rasa kayak pernah melihat mu kata nya ke pada perempuan itu agak hati-hati, membuat sontak perempuan itu kaget walau tak memperlihat kan nya, tadi lelaki ini bilang pernah melihat ku? Itu kata-kata yang pertama kali perempuan ini dengar, karena perempuan ini sama sekali belum pernah mendengar kan satu patah kata pun dari nya.

   Ya jawab ku. Lelaki itu tanpak senang karena pertanyaan nya tidak lah meleset, senyum manis nya tertapar sangat lebar, Jika ada waktu, bisa kah menemani ku mengobrol kapan-kapan? Tanya lelaki itu sangat hati-hati. Untuk apa? Tanya perempuan itu dengan sangat bingung, sebenar nya perempuan itu sangat senang, karena lelaki yang selama ini membuat nya menunggu dan tak membuka kan hati nya pada orang lain yang sudah berkali-kali di melamar dan menolak, mengajak nya bicara.

   Hanya mengobrol, dan selain itu aku juga belum pernah mengenal mu, padahal kita satu kampus tapi tak pernah berbincang atau mengobrol tentang jurusan masing-masing kata lelaki dengan muka polos dan senyum nya yang semakin lebar. Alasan itu membuat perempuan itu tidak bisa berkata ‘tidak’ pada lelaki itu. Kapan lagi waktu bisa membuat perempuan itu senang dengan apa yang terjadi barusan? Perempuan itu terkekeh senang setelah lelaki itu keluar dari café nya.


                                                              -----------------------------


   Lena Onni tampak tahu suasana hati adik ipar nya sekarang, Lena Onni tampak penasaran dengan adik ipar nya, yang sedari tadi senyum lebar yang terpapang di wajah nya. Seperti nya adik ku ini sedang berbunga-bunga, ayo cerita kan pada ku ada apa?! Dengan antusias Lena Onni membuat perempuan itu berhenti mengerjakan perkerjaan nya.

   Hmm, tidak apa-apa kata perempuan itu menutupi kemaluan nya. Aku tahu kamu pasti malu mencerita kan nya, aku janji, tidak akan bilang ke siapa-siapa, hanya aku dan kamu, janji kata nya meyakin kan.
   Lelaki itu datang   seperti biasa, tapi kali ini perempuan itu terheran, senyum nya tak selebar dan bahagia, ada apa dengan nya? Perempuan itu bertanya-tanya.


                                                              -----------------------------


   Lelaki itu membayar ke kasir, kali ini tatapan mereka sama-sama kosong. Perempuan itu bertanya kepada nya waktu itu kamu menawar kan sesuatu, apa masih berlaku? Dengan penuh harapan, semoga lelaki itu tak melupan kan ajak kan nya kemarin.

   Oh, iya, kalau besok malam jam tujuh malam di sini? Kata lelaki itu sedikit tak seantusias kemarin. Dengan sangat senang, ini kembalian mu kata perempuan itu agak hati-hati, seperti nya suasana hati lelaki itu tampak sedih.

   Jadi lelaki itu? Siapa nama nya? Perempuan itu tahu sedari tadi Lena Onni berada di dekat mereka, dan mendengar percakapan mereka. 

   Nama Lee Hyun Wan perempuan itu menjawab dengan lesu.

  Nama yang bagus, dan lumayan tampan, apa kamu menyukai nya?  Lena Onni memperhatikan bayangan yang makin lama, makin mengecil itu.

   Ya, begitu lah, sudah lama dan sampai sekarang tetap menanti nya kata peremmpuan itu dengan lirih.

                                                                 --------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar