prolog
Kau tahu?
Rasa nya kalau cinta tak terbalas? Pasti tahu rasa nya seperti apa. Rasa nya,
pahit layak nya teh yang tak bersama gula manis nya. Itu mungkin hal yang
paling utama, selain itu, ada hal lain yang rasa nya begitu tak bisa
menyangkal, kalau masih tidak bisa melepas kan nya. Bisa di bilang, tidak bisa
beranjak dari perasaan yang di mana kau masih menyayangi nya sampai sekarang.
Walau,
orang-orang di sekitar mu sudah mengatakan hal yang sudah kau dengar setiap
kali ‘kapan kamu bisa Move On? Kamu masih bertahan dalam situasi seperti ini?
Berkali-kali di sakitin dengan kabar nya yang berganti pasangan terus?’
Kata-kata itu tak bosan aku dengar, karena apa yang mereka tanya itu sama
dengan hal nya yang aku pikirkan sekarang dan keesokan nya.
Aneh
memang, padahal masih banyak yang lebih baik dari nya, tapi tetap saja hal itu
tak lepas dari pikiran ku, yang terus memantau semua yang dia lakukan. Tanpa bisa aku hentikan.
Aku tahu,
apa yang aku lakukan memang sangat lah bodoh. Pasti orang-orang bertanya ‘apa
yang di lakukan nya sangat bodoh sekali.’ Ya, aku memang mengakui hal itu.
Tapi, apa
yang akan kau kata kan kalau selama penungguan mu sekarang dan seterus nya
terbalas sekarang? Dan sekarang, ia di depan mu? Mengatakan hal yang kau
nanti-nanti kan? Yang kau tunggu? Apa ini hanya kilasan belaka? Apa dia hanya
bercanda? Apa ini hanya ledekan? Itu terus yang aku pikirkan di otak ku, yang
tak bisa di lenyap kan begitu saja dari pikiran ku, otak ku sekarang.
----------------
Seoul,
South Korea.
Perempuan itu sedang menjaga kasir café, perempuan itu melihat orang lalu lalang di depan, masuk dan keluar. Perempuan itu hanya duduk dan menerima uang yang di berikan pengunjung yang sudah selesai
dengan santapan nya.
Lena Onni melihat ku melamun, Apa yang
kau lamun kan? Apa kau mau bercerita padaku? Kata-kata nya membuat lamunan Perempuan itu hilang aku sedang tak melamunkan apa-apa, mungkin hanya
kecapekan saja kata perempuan itu sedikit berbohong. Ya udah, kamu istirahat saja dulu. Biar aku yang mengganti kan mu sementara,
entar kalau sudah baikkan kamu boleh berkerja lagi kata nya lembut seperti
perhatian ibu kepada anak nya. Ya onni,
terima kasih kata perempuan lirih sambil menuju kursi yang di pojok sana dengan
segelas cokelat panas yang aku buat sebelum duduk.
Perempuan itu tinggal
di Seoul bersama Lee Hyun Sang Oppa dan kakak ipar Lena. Oppa membuka café
bersama Lena Onni. Lena Onni bisa di bilang bukan orang Korea, dia bertemu Oppa ku saat Lena berlibur di sini dan pada akhir nya menikah, mereka belum
mempunyai anak. Padahal ayah dan ibu sangat menunggu kehadiran nya.
Saat perempuan itu merasa merasa baikkan, perempuan itu memulai menjaga kasir lagi, tapi tidak menyangka kalau
harus bertatap muka dengan nya. Ya, lelaki yang membuat diri perempuan itu tak bisa
membuat membuka hati pada orang lain sampai sangat ini, yang membuat kedua orang tua perempuan itu
selalu bertanya kapan kau menikah? Setiap
kali yang di ucap kan mereka kalau sedang kumpul bersama.
Pandangan
itu akhir nya tertuju pada uang kertas yang di berikan lelaki itu. Lelaki itu
memandang penuh benda yang sedari tadi ada di pergelangan tangan perempuan itu,
perempuan itu menyadari hal itu, dan lelaki itu mulai membuka mulut nya apa kau satu kampus dengan ku? Aku rasa
kayak pernah melihat mu kata nya ke pada perempuan itu agak hati-hati, membuat sontak perempuan itu
kaget walau tak memperlihat kan nya, tadi lelaki ini bilang pernah melihat ku? Itu kata-kata yang
pertama kali perempuan ini dengar, karena perempuan ini sama sekali belum
pernah mendengar kan satu patah kata pun dari nya.
Ya jawab ku. Lelaki itu tanpak senang
karena pertanyaan nya tidak lah meleset, senyum manis nya tertapar sangat
lebar, Jika ada waktu, bisa kah menemani
ku mengobrol kapan-kapan? Tanya lelaki itu sangat hati-hati. Untuk apa? Tanya perempuan itu dengan
sangat bingung, sebenar nya perempuan itu sangat senang, karena lelaki yang
selama ini membuat nya menunggu dan tak membuka kan hati nya pada orang lain
yang sudah berkali-kali di melamar dan menolak, mengajak nya bicara.
Hanya mengobrol, dan selain itu aku juga
belum pernah mengenal mu, padahal kita satu kampus tapi tak pernah berbincang
atau mengobrol tentang jurusan masing-masing kata lelaki dengan muka polos dan
senyum nya yang semakin lebar. Alasan itu membuat perempuan itu tidak bisa
berkata ‘tidak’ pada lelaki itu.
Kapan lagi waktu bisa membuat perempuan itu senang dengan apa yang terjadi
barusan? Perempuan itu terkekeh senang setelah lelaki itu keluar dari café nya.
-----------------------------
Lena Onni tampak
tahu suasana hati adik ipar nya sekarang, Lena Onni tampak penasaran dengan adik ipar
nya, yang sedari tadi senyum lebar yang terpapang di wajah nya. Seperti nya adik ku ini sedang
berbunga-bunga, ayo cerita kan pada ku ada apa?! Dengan antusias Lena
Onni membuat perempuan itu berhenti mengerjakan perkerjaan nya.
Hmm, tidak apa-apa kata perempuan itu
menutupi kemaluan nya. Aku tahu kamu pasti malu
mencerita kan nya, aku janji, tidak akan bilang ke siapa-siapa, hanya aku dan
kamu, janji kata nya meyakin kan.
Lelaki itu
datang seperti biasa, tapi kali ini perempuan itu
terheran, senyum nya tak selebar dan bahagia, ada apa dengan nya? Perempuan itu
bertanya-tanya.
-----------------------------
Lelaki itu
membayar ke kasir, kali ini tatapan mereka sama-sama kosong. Perempuan itu
bertanya kepada nya waktu itu kamu
menawar kan sesuatu, apa masih berlaku? Dengan penuh harapan, semoga lelaki
itu tak melupan kan ajak kan nya kemarin.
Oh, iya, kalau besok malam jam tujuh malam
di sini? Kata lelaki itu sedikit tak seantusias kemarin. Dengan sangat senang, ini kembalian mu kata
perempuan itu agak hati-hati, seperti nya suasana hati lelaki itu tampak sedih.
Jadi lelaki itu? Siapa nama nya? Perempuan
itu tahu sedari tadi Lena Onni berada di dekat mereka, dan mendengar percakapan
mereka.
Nama Lee Hyun Wan perempuan itu
menjawab dengan lesu.
Nama yang bagus, dan lumayan tampan, apa
kamu menyukai nya? Lena Onni memperhatikan
bayangan yang makin lama, makin mengecil itu.
Ya, begitu lah, sudah lama dan sampai
sekarang tetap menanti nya kata peremmpuan itu dengan lirih.
--------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar